logo brenjonk

logo brenjonk
untuk hidup yang berkelanjutan

Sabtu, 21 Mei 2011

urban farming ala BRENJONK


Ber-taman sayur organik adalah slogan menarik yang digaungkan oleh Komunitas Brenjonk Lestari. Adalah Cak Met (demikian anggota komunitas, tetangga sekitar) memanggil nama singkat inisiator Brenjonk. Waktu itu dia sempat berbagi cerita dengan saya tentang sukses komunitas ini mengorganisir dan meningkatkan kapasitas petani di Dusun Penanggungan, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. kebetuan pas ulang tahun walhi dan hari bumi, bersama sahabat walhi dan komunitas Green Student Environmentalis (GSE) membuat sarasehan sederhana di area fasilitas perpustakaan universitas Airlangga.

Konsep ber-taman sayur organik ini sepertinya relevan dengan konsep urban farminguntuk Surabaya yang dikemukakan Kepala Bidang Pertanian dan Kehutanan, Syaiful Arifin dari Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan, Pertanian, dan Kehutanan (PKPPK) kota Surabaya beberapa waktu lalu.

Konsep urban farming yang tak memerlukan lahan luas mengingatkan saya pada kisah sukses Cak Met tentang bagaimana memotong mata rantai perjalanan tanaman sayur dari ladang hingga ke atas piring dan meja makan. Ia dan komunitasnya menawarkan kursus gratis cara menanam, merawat, dan mengembangkan lahan terbatas samping kanan kiri dan depan belakang rumah menjadi lahan tanaman sayur mayur. Sehingga, tak heran bila melihat sayur mayur konsumsi keseharian tumbuh di polybag atau kantong plastik dan pot dengan konsep ini.
Dan memang, selain tanaman pangan seperti jagung dan padi, urban farming dapat diterapkan pada jenis lain seperti sayur mayur, kacang-kacangan, umbi-umbian, dan buah-buahan. 

Caranya pun cukup mudah, karena organik, keperluan pupuk pun bisa kita penuhi langsung dari sampah organik sisa bahan dapur dan makanan.
Yang menarik adalah kontrol langsung dari kita atas kualitas sayur yang akan dikonsumsi. Apalagi, tidak terkecuali dari kita saat ini sangat identik dengan berbagai rupa penyakit yang semakin menggila dengan gempuran makanan instant yang mudah didapat. Ditambah, laju perubahan iklim terkait dampak pemanasan global yang semakin membuat ketahanan fisik menjadi terancam.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Disebut demikian, sebab sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selain didukung potensi wilayah yang tersedia. Kira-kira begitu doktrin yang sudah kita terima sejak duduk di bangku sekolah dasar dulu.

Menengok kekinian yang ada, profesi petani tampaknya mulai dianggap sebelah mata bila tidak mau dikatakan terpinggirkan. Petani nampaknya kalah populer dengan profesi lain yang lebih digembar gemborkan di wilayah perkotaan. Praktis, bertani sering dikategorikan sebagai pekerjaan wong ndeso.
Benarkah demikian ?
Silahkan berkomentar…
Tapi, ada baiknya kita lihat bersama seperti apa sih konsep bertaman sayur organik ala Brenjonk ini ?




[.. dari penyiapan media tanam [membuat endiri, menyemai bibit, merawat, memamen dan melakukan pengepakan, 
kemudian mengirim. dilakukan sendiri oleh anggota komunitas brenjonk..]


Wah, segar yah ??!
Jadi, jangan ragu untuk bertaman sayur organik sekarang juga. Kata Cak Met, “Ganti saja tanaman hias di kos-kosan atau rumah dengan sayur organik, pupuknya bisa dari macem2, mulai dari sisa makanan, dsb. Kalo gelombang cinta kan ga bisa ditumis ?”

Hm, agaknya tak salah kalau ajakan Cak Met dan komunitas mendapat apresiasi program Community Base Initiative (CBI) Ashoka pada tahun 2007 [www.ashoka.or.id]  karena inovasi social entrepreneur-nya ini, brenjonk telah membuktikan sendiri visi dan prakteknya.

Yang perlu dijadikan catatan dari konsep urban farming adalah dorongan yang serius dari pihak pemerintah, utamanya Pemkot Surabaya, yang katanya akan segera merealisasikannya. Namun, menurut saya sih, petani yang sudah memiliki lahan, harus tetap diberikan kebebasan untuk bercocok tanam dengan media yang sudah ada. Dan yang miskin lahan, bisa mencoba alternatif ini. Ga asik juga kan kalau harus dipaksakan semuanya dengan konsep polyback dan pot ? Biarkan para petani berkreasi sesuai seleranya... Yang penting, tingkatkan kesejahteraannya. AYOO BERTAMAN SAYUR ORGANIK SEKARANG!!

(reporter: prita HW, pemilik blog - dunia gairah - http://pritahw.multiply.com )



organik di lahan sempit

ukuran 3x4 sudah bisa menanam dan memanen sayur organik

kacang panjang, bayam, kangkung, kol, lombok, slada merah, bayam merah.. semua bisa diciptakan dengan mudah sejak dari sisa lahan sempit.... ayoohhh siapa mau bikin?? pengetahuan gratis dari kawan2 BRENJONK... bantu kami menyebarluaskan kampoeng organik.. 



Jumat, 20 Mei 2011

BRENJONK ORGANIK bersertifikat PAMOR INDONESIA

Meski Dibedakan, Penjualan Produk Organik PAMOR Tetap Tinggi


Adanya kekhawatiran lembaga sertifikasi kalau ada pesaing produk organik bersertifikat lainnya, berakibat terjadinya tekanan pada supermarket bersangkutan agar produk organik Kelompok Tani Brenjonk bersertifikat PAMOR Indonesia tidak diletakkan bersama dengan produk organik bersertifikat dari lembaga sertifikasi. Selain itu, menurut  Akhmad Arif dari PAMOR Indonesia wilayah Jawa Timur (Jatim), apa yang terjadi pada organik PAMOR Indonesia ini tidak lepas dari pemberitaan Kementerian Pertanian atau Perdagangan yang beredar bahwa produk organik Indonesia adalah yang mendapatkan sertifikasi dari lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah.

“Meski diletakkan terpisah dari produk organik bersertifikat lainnya, penjualan produk sayur-sayuran organik bersertifikat PAMOR Indonesia ini tetap tinggi. Harganya pun hampir sama dengan produk organik bersertifikat lainnya, hanya selisih beberapa perak rupiah saja,” kata Arif.

Konsumen supermarket tersebut yang notabene menengah ke atas telah mempunyai pengetahuan tentang produk organik. Yang terpenting bagi mereka adalah adanya sertifikasi atau penjaminan mutu dari produk organik tersebut. Tidak menjadi masalah lembaga mana yang mengeluarkan sertifikasi itu. Hasil laboratorium yang menerangkan kandungan dalam produk di labelnya juga bisa meyakinkan konsumen untuk tetap memilih produk organik Kelompok Tani Brenjonk yang anggotanya tersebar di Kecamatan Trawas dan Pacet, Mojokerto, Jatim ini.

Konsumen supermarket tersebut yang notabene menengah ke atas telah mempunyai pengetahuan tentang produk organik. Yang terpenting bagi mereka adalah adanya sertifikasi atau penjaminan mutu dari produk organik tersebut. Tidak menjadi masalah lembaga mana yang mengeluarkan sertifikasi itu. Hasil laboratorium yang menerangkan kandungan dalam produk di labelnya juga bisa meyakinkan konsumen untuk tetap memilih produk organik Kelompok Tani Brenjonk yang anggotanya tersebar di Kecamatan Trawas dan Pacet, Mojokerto, Jatim ini.

Selain penjualan yang tetap tinggi di supermarket itu, pemasaran melalui dua supermarket lainnya tidak mengalami masalah yang cukup berarti. Produk organik PAMOR Indonesia di dua supermarket itu bisa diterima bersama dengan produk organik bersertifikat dari lembaga sertifikasi lainnya.

Saat ini, produk organik Kelompok Tani Brenjonk yang bersertifikat PAMOR Indonesia ini baru bisa memenuhi sekitar 1800 pak sayuran dari permintaan pasar yang mencapai 8000-an pak.

Jadi masalah pembedaan produk organik PAMOR Indonesia dengan produk organik bersertifikat lain di satu supermarket ini tidak mempengaruhi pemasaran produk organik Brenjonk.

Atasi masalah bersama

Bersama PAMOR Indonesia dan anggota Aliansi Organis Indonesia (AOI) lainnya, Kelompok Tani Brenjonk berdiskusi membahas kejadian di supermarket ini. Beberapa langkah sigappun dilakukan, seperti mengirimkan surat ke OKPO, meminta kebijakan Dinas Pertanian setempat yang bisa memberikan kompetensi bahwa sertifikasi atau penjaminan mutu PAMOR Indonesia pada sayuran organik Brenjonk ini kredibel (terpercaya). “Bentuknya seperti surat keterangan pengakuan Dinas Pertanian terhadap sertifikasi PAMOR Indonesia yang diberikan kepada supermarket tersebut,” kata Arif.

Menjawab permintaan itu, Dinas Pertanian Pemprov Jatim mengatakan bahwa hal itu adalah kewenangan dari Kementerian Pertanian. Dimana saat ini Kementerian Pertanian sedang membahas draf peraturan pemerintah tentang Standar Pangan Organik yang salah satu di dalamnya membahas tentang Sistem Penjaminan Partisipatif (Participatory Guarantee System-PGS).

Namun harapan itu selalu ada. Selama ini Dinas Pertanian setempat (Pemprov Jatim, Kabupaten Malang dan Mojokerto) secara informal sudah memperhatikan adanya PAMOR Indonesia sebagai jembatan program pengakuan dan peningkatan kapasitas petani.

Sementara itu, target konsumen yang mempunyai pengetahuan tentang pertanian organik dan IFOAM, telah memunculkan ide dari PAMOR Indonesia wilayah Jatim untuk mencantumkan di label bahwa PAMOR Indonesia sebagai PGS sudah mendapat pengakuan dari IFOAM. Harapannya konsumen semakin percaya dengan penjaminan mutu PAMOR Indonesia.

Profil dari Ashoka [terjemahan]

BRENJONK
(Trawas, Mojokerto Jawa Timur)
Peraih Community Base Initiative (BCI) ASHOKA tahun 2006 – 200
(Sumber: www.ashoka.or.id )


Mengembangkan Akses Pasar di kalangan petani melalui kehidupan Sehat Gaya Campagn Vertical Garden dan Organik Café. Sebagian besar petani hanya memiliki tanah yang kecil dan menghasilkan produk terbatas. Mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga para petani. Selain masalah kuantitas dan kualitas produk, petani juga menghadapi sistem perdagangan yang kompleks yang membuat petani dependen pada rantai pasar yang ada. BRENJOK (demi kemakmuran) telah ada untuk memfasilitasi para petani untuk menjadi mandiri dan membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga petani melalui pengembangan pertanian organik, akses pasar dan sistem informasi kepada petani.
 
CBI Strategi
BRENJONK mengembangkan penghasilan yang diperoleh kegiatan untuk mendukung program mereka. Dengan membentuk cara baru pemanfaatan lahan yang digunakan melalui kebun vertikal dan kafe organik, Brenjok mempromosikan dan mengajak hidup sehat tembel ke pasar dan pada saat yang sama memperkuat sumber daya lokal. Taman vertikal digunakan dengan cara diversifikasi produk petani, sedangkan kafe organik adalah strategi untuk mempromosikan dasar sehat makanan di produksi dari kebun vertikal serta menciptakan pasar akhir baru produk organik.


Hasil dan Capaian
BRENJONK bekerja di 4 desa dengan lebih dari 60 petani yang terlibat dalam program mereka. Brenjonk pertanian organik telah direplikasi ke 18 kecamatan di kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Di masa depan, dengan pemasaran yang agresif dan kafe baru, BRENJONK mencoba untuk menarik lebih banyak orang (petani dan custumers) untuk terlibat dalam sistem pertanian organik mereka untuk gaya hidup sehat.
 
salam dari kampung organik brenjonk,